Kamis, 16 Mei 2013

PENERAPAN KON SELING





PENERAPAN KONSELING TRAIT AND FACTOR
PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMILIH  PROGRAM PENJURUSAN BAHASA

Desta Putu Wikarta1 dan Mochamad Nursalim2

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa sebelum dan sesudah penerapan konseling Trait and Factor siswa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan pre-test post-test one group design. Metode pengumpul data yang digunakan adalah angket, obsevasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah 5 siswa yang mengalami kesulitan memilih program penjurusan bahasa dari siswa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan. Berdasarkan teknik analisis data yang di pakai adalah uji tanda dengan N=5 dan X=0 diperoleh ρ=0,031 harga ini lebih kecil daripada α = 0,05. dengan demikian Ho ditolak  dan  Ha  diterima.  Jadi  hipotesis  yang  berbunyi  ada  perbedaan  yang signifikan antara tingkat kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan antara sebelum dan sesudah penerapan konseling Trait and Factor” dapat diterima.

Kata kunci : Konseling Trait and Factor, kesulitan memilih program  penjurusan bahasa

Pendahuluan

Super (dalam Suharlinah, 2006) menguraikan, anak mulai mengembangkan bakat dan minatnya terhadap satu atau beberapa bidang, walaupun masih bersifat eksploratif (mencari-cari/mencoba-coba). Sejalan dengan teori super ini maka perkembangan karir dapat disamakan dengan proses perkembangan konsep diri. Apabila konsep diri berubah maka akan terjadi perubahan pula dalam memilih karir.
Banyak orang berpandangan, pilihlah jurusan yang gampang (gampang masuk dan gampang lulus), supaya gampang dapat pekerjaan dan regardless sesuai minat atau tidak. Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Untuk memilih jurusan, siswa perlu memperhitungakan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat, kepribadian, dan lain-lain. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak di masa mendatang.
Berdasarkan hasil studi awal di   SMA Negeri 2 Lamongan didapati   siswa yang mengalami kebingunan  untuk memilih jurusan yang ingin diminati, khususnya
jurusan bahasa. Para siswa kelas X cenderung pesimis jika melihat jumlah kakak kelas



1   Alumni prodi BK Unesa
2 Staf pengajar prodi BK Unesa

1



yang ada di kelas XI Bahasa dengan jumlah siswa yang sedikit. Sebenarnya siswa ingin masuk ke jurusan Bahasa, hanya saja melihat kapasitas siswa yang masuk di kelas XI tahun ini sangat sedikit sehingga enggan memilih jurusan bahasa nantinya. Ada terdapat 5 siswa dalam satu kelas berkeinginan masuk jurusan Bahasa. Itupun belum  semua  siswa  kelas  X-6  yang  di  data  berminat  memilih  jurusan  IPA,  IPS ataupun Bahasa.
Pandangan orang tentang jurusan bahasa, bahwa siswa yang terjaring ke dalam Jurusan Bahasa tidak lebih dari siswa "buangan" yang tidak tertampung pada jurusan favorit IPA atau IPS. Siswa yang berminat untuk masuk jurusan bahasa dengan yang tidak  berminat  terhadap  jurusan  bahasa  ternyata tidak  lebih  baik  dari  yang tidak berminat masuk ke jurusan bahasa
Padahal, dengan mendalami bahasa, mempelajari berbagai ilmu pengetahuan semakin mudah disamping memperkaya wawasan, pengalaman dan pergaulan. Sementara itu, agar bisa menguasai bahasa asing tertentu, terutama yang menjadi materi pelajaran di sekolah, para siswa banyak yang memilih kursus atau pelajaran tambahan secara informal setelah jam pelajaran sekolah usai. Bursa kerja sekarang banyak perusahaan mencari seorang yang mahir dalam berbahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin dan bahasa asing lainnya untuk direkrut menjadi karyawannya.
Siswa tidak melihat segi kelemahan dan kekuatan  yang dimilikinya untuk memilih studi lanjut penjurusan. Mereka hanya melihat dari jumlah kapasitas yang berminat (kuantitas) yang masuk dalam jurusan Bahasa, bukan bakat atau kemampuan (kualitas) yang dimilikinya untuk mengembangkannya. Menurut Bordin (Surya, 2003) menyatakan kategori diagnostik terdiri dari : 1) Ketergantungan; 2) Kurangnya informasi; 3) Konflik diri; 4) Kecemasan dalam membuat pilihan.
Pemilihan progran jurusan merupakan upaya untuk membantu siswa dalam memilih jenis program pengajaran atau program jurusan studi yang akan diikuti oleh siswa dalam pendidikan lanjut (pengurus besar IPBI, 1998). Dalam memilih jurusan, siswa   diberi   kesempatan   untuk   memilih   jurusan   yang   paling   cocok   dengan karakteristik dirinya. Siswa yang memilih suatu jurusan berarti akan memilih suatu karir dalam kehidupan yang akan datang. Memilih jurusan diharapkan sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita yang ada pada diri siswa (Depdikbud, 1996).
Konseling Trait and Factor merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalam
2



memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone dalam Surya, 2003).
Perlunya konseling Trait and Factor dalam kondisi seperti ini agar siswa mampu mengetahui bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga siswa tidak salah dalam memilih jurusan. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberikan informasi dan mengarahkan konseli agar siswa dapat mengerti akan kelemahan dan kekuatan dalam diri kepribadian individu siswa.
Dengan  demikian  sesuai  dengan  tujuan  penelitian  ini,  melalui  adanya konseling Trait and Factor diharapkan dapat mengatasi kesulitan pada siswa dalam memilih program jurusan Bahasa kelas XI, sehingga siswa mantap dalam memilih program jurusan, khusunya jurusan Bahasa


Pembahasan

Konseling Trait and Factor

Trait and Factor Approach menurut kamus istilah konseling dan terapi, merupakan suatu ancangan konseling dari Minnesota, dikenal pula sebagai directive- counseling atau counselor centered, memiliki pandangan dasar bahwa kepribadian manusia merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang saling bergantung. Misalnya abilitas,    minat,     sikap    dan    temperamen;     konseling     bertujuan    memfasilitasi perkembangan sempurna semua aspek melalui memajukan pemahaman diri dan pemahaman  lingkungan,  sehingga  individu  dapat  mengelola  diri  dan  lingkungan secara optimal.
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, ada juga yang menyebutnya sebagai Clinical Counseling. Beberapa pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya  itu  sepenuhnya  menggambarkan  bahwa  konseling  ini  benar-benar bersifat Directive. Akan tetapi kemudian terdapat perubahan-perubahan pendapat diantaranya  mereka.  Pertanyaan-pertanyaan  kemudian,  seperti  dari  Williamson,
Darley, nampak tidak lagi bersifat “Directive atau “Counselor-Centered”.



3



Bahwa tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu untuk   memperbaiki   kekurangan,   ketidakmampuan   dan   keterbatasan   diri;   dan membantu   pertumbuhan   dan   integrasi   kepribadian.   Pada  hubungan   konseling, individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan dan menyelesaikan masalah- masalahnya.
Menurut Williamson (dalam Winkel, 2004), hubungan konseling merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi konseli berkembang ke satu arah yang terbaik baginya.
Proses  konseling dibagi  dalam  6  tahap  atau langkah  utama  yaitu  :  analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment dan follow up. Di bawah ini akan diuraikan kelima tahap tersebut.
Analisis langkah ini merupakan langkah pengumpulan data atau informasi tentang diri klien termasuk sistemnya serta lingkungannya. Pengumpulan data yang akurat, biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai metode atau teknik dan berbagai sumber
Sintesis merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat konseli, kelemahan serta kekuatannya, dan kemampuan penyesuaian diri.
Diagnosis sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada permasalahannya,    sebab-sebabnya,           serta     sifat-sifat                                konseli                   yang   relevan       dan berpengaruh kepada proses penyesuaian diri.
Prognosis pada langkah ini konselor meramalkan tentang kemungkinan keberhasilan klien dari proses konseling, artinya meramalkan tentang hasil yang dapat dicapai oleh klien dari  kegiatan-kegiatannya selama konseling, serta merumuskan bentuk bantuan yang sesuai
Treatment langkah ini merupakan inti dari pelaksanaan konseling. Usaha-usaha pada langkah ini, yakni : 1) Menciptakan atau meningkatkan hubungan baik (establishment good- rapport) antara klien-konselor, 2) Menafsirkan data yang telah
4



ada dan mengkomunikasikan kepada klien. 3) Memberikan saran atau ide kepada klien,atau merencanakan kegiatan yang dilakukan bersama klien, 4) Membantu klien dalam melaksanakan rencana-rencana kegiatan, 5) Jika perlu, menunjukan kepada konselor atau ahli lain untuk memperoleh diagnosa atau konseling dalam masalah
lain.

Follow up, mencakup bantuan kepada konseli dalam menghadapi masalah baru dengan      mengingatkannya                kepada                     masalah   sumbernya                      sehingga     menjamin keberhasilan konseling. Usaha-usaha konseling yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah : 1) Apakah klien telah melaksanakan rencana-rencana yang telah dirumuskan atau belum,  2) Bagaimana keberhasilan  pelaksanaan  rencana itu,  3) Perubahan  – perubahan  apa  yang  perlu  dibuat  jika  ternyata  belum  atau  tidak  berhasil,  4) Melakukan Referal jika perlu,


Kesulitan Dalam Pilihan Program Penjurusan Bahasa

Kurikulum sekolah menengah umum (Depdikbud, 1994) menjelaskan bahwa pemilihan program jurusan adalah suatu proses penempatan dalam suatu pemilihan untuk mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dalam            bidang         pendidikan                     akademik       maupun         pendidikan              profesional                   dan mempersiapkan siswa secara langsung dan tidak langsung bekerja dalam masyarakat.
Mapiare (1984), mengemukakan pemilihan program penjurusan serangkaian kegiatan bimbingan membantu siswa agar dapat menyalurkan atau menempatkan dirinya   dalam   berbagai   program   sekolah,   kegiatan   belajar,   kegiatan   menuju sambungan atau dunia kerja secara tepat berdasarkan pertimbangan kecakapan, bakat, minat, kebutuhan dan ciri ciri pribadi dari diri siswa yang bersangkutan
IPBI (1998) menjelaskan bahwa penjurusan merupakan upaya untuk membantu siswa dalam memilih jenis sekolah dan / atau program pengajaran khusus dan/atau program studi yang akan diikuti oleh siswa dalam pendidikan lanjutan.
Berdasarkan  uraian  dari  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  ditarik  kesimpulan bahwa pemilihan program penjurusan bahasa adalah serangkaian kegiatan bimbingan membantu siswa dalam memilih jenis sekolah dan/atau program pengajaran khusus dan/atau program studi yang akan diikuti oleh siswa dalam pendidikan, khususnya pemilihan program jurusan Bahasa kelas XI SMA.
Winkel (2004), bentuk-bentuk kesulitan dalam menentukan program penjurusan :



5



a.   Konseli yang sudah paham akan informasi tentang dirinya sendiri dan tentang lingkungan hidupnya serta telah menafsirkan makna informasii itu bagi perencanaan masa depannya. Dia sudah menentukan beberapa alternatif dan telah mulai mempertimbangkannya, namun belum berhasil membuat pilihan-pilihan yang mantap dalam urutan prioritas, kedua dan ketiga.
b.   Konseli yang dihadapkan pada keharusan untuk mengambil keputusan dalam waktu singkat, namun belum berefleksi banyak tentang hal yang haurs diputuskan dan belum  paham  akan  keharusan  untuk  mengolah  informasi  tentang diri  sendiri  dan lingkungan hidupnya.
c.   Konseli yang kelihatannya sudah yakin akan tindakan yang diambil, namun ternyata hanya mengikuti kehendak orang lain tanpa disertai pengolahan informasi tentang diri sendiri.
d.   Konseli  yang  mendasarkan  perencanaan  hanya  atas  serentetan  keinginan, tanpa meninjau apakah keadaan dirinya dan situasi hidupnya memungkinkan keinginannya dapat terpenuhi (konseli mempunyai taraf aspirasi yang tinggi, tetapi kurang realistis).
e.   Konseli  yang  menghadapi  konflik  dengan  keluarganya  mengenai  rencana masa depan.
Menurut   Manrihu    (1990)    kesulitan-kesulitan    dalam    menentukan    program penjurusan sebagai berikut :
a. Konseli belum siap untuk memilih program penjurusan karena kurang memahami dirinya maupun lingkungan hidupnya.
b.   Pilihan konseli tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

c.   Konseli belum dapat menentukan beberapa alternatif yang ada

Berbagai indikator siswa yang mengalami kesulitan dalam memilih program penjurusan  bahasa  di  antaranya  :  1)  belum  memiliki  pemahaman  diri  sendiri  di program penjurusan bahasa, 2) belum dapat mempertimbangkan pilihan jurusan bahasa, 3) belum bisa mengambil keputusan sendiri, 4) belum dapat memahami program tentang jurusan bahasa, 5) belum dapat memahami tentang syarat-syarat pemi-lihan  program  jurusan  bahasa,  6)  belum  dapat  menyesuaikan  diri  dengan harapan orang tua
Ada berbagai macam cara untuk pemberian bantuan pada masalah dihadapi siswa tersebut. Salah satunya adalah pemberian konseling Trait and Factor dengan proses dari tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Apabila
6



siswa sudah diberikan konseling Trait and Factor, maka siswa akan terlihat bahwa tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam memilih jurusan bahasa menurun. Untuk tahap  selanjutnya  ialah  siswa  sudah  mampu  untuk  memilih  jurusan  bahasa  dan mampu untuk mengambil suatu keputusan sendiri.


Metode Penelitian



Penelitian ini termasuk pre-eksperimen dengan desain pre–test dan post-test one group. Perlakuan dengan menggunakan konseling Trait and Factor selama lima pertemuan. Metode pengumpul data yang digunakan adalah angket, obsevasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah 5 siswa yang mengalami kesulitan memilih program penjurusan bahasa dari siswa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji tanda.


Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis di atas dengan menggunakan uji tanda diketahui ρ =

0,031 berada dalam penolakan atau lebih kecil dari α  = 0,05. Dengan demikian ada

perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa siswa kelas X-6

SMA NEGERI 2  Lamongan  sebelum dan  sesudah diberikan konseling  Trait and

Factor. Hal ini juga dapat dilihat dalam grafik pre-test dan post-test.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat adanya perbedaan yaitu grafik pre- test  -lebih  tinggi  dari  grafik  post-test.  Grafik  pre-test  menggambarkan  bahwa kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa sebelum diberikan penerapan konseling  Trait  and  Factor  adalah  tinggi  dan  grafik  post-test  menggambarkan kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa yang rendah pada siswa setelah diberikan penerapan konseling Trait and Factor.
Hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan program  penjurusan  bahasa  sebelum  dan  sesudah  diberikan  konseling  Trait  and Factor  kelas  X-6            SMA  Negeri  2  Lamongan telah  teruji.  Hasil  penelitian  ini menunjukkan bahwa konseling Trait and Factor dapat dijadikan alternatif bantuan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa. Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Winkel  (2004:407)  konseling  Trait  and  Factor
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman



7



itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut

pilihan program studi dan atau bidang pekerjaan.

Penerapan konseling Trait and Factor diberikan pada tiap individu yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman akan kekuatan dan kelemahan diri siswa dan pemahaman yang lengkap mengenai yang dibutuhkan untuk penjurusan (dakam hal ini jurusan bahasa). Berdasarkan informasi dan pemahaman itu, konselor menerapkan  penalaran  yang  benar  pada  proses  pengambilan  keputusan  untuk membuat suatu perencanaan penjurusan.
Berdasarkan   hasil   dari   konseling   Trait   and   Factor,   didapatkan   siswa cenderung mengalami kesulitan dalam hal gaya belajar pada penggunaan atau pengusaan bahasa asing seperti : bahasa Jepang, Mandarin dan bahasa Inggris. Siswa juga ada yang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan untuk memilih penjurusan khususnya jurusan bahasa, dan kebingungan dengan pandangan dari sisi orang tua mengenai jurusan bahasa.
Pada saat siswa mengalami kesulitan dalam memilih penjurusan bahasa, konselor  melakukan  penerapan  konseling  Trait  and  Factor.  Berdasarkan  pada sumber-sumber yang didapatkan, maka konselor memberikan masukan berupa tujuan yang ingin dicapai, menentukan langkah konkret yang akan di tempuh, dan membiarkan   siswa   tersebut   akan   memilih   suatu   pilihannya   sendiri   kedepan. Penerapan konseling ini termasuk efektif dalam memberikan bantuan kepada siswa yang  mengalami  kesulitan  dalam  memilih  program  jurusan  bahasa,  sebab  siswa sendiri dapat mengetahui letak kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Hanya saja perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya, jika menghadapi siswa perlu memberikan suatu informasi yang jelas agar tidak membingungkan siswa dalam pemberian informasi dan mudah dipahami.
Penelitian  ini  hanya  menerapkan  pada  siswa  yang  mengalami  kesulitan memilih penjurusan bahasa, namun konseling Trait and Factor juga bisa diterapkan pada siswa yang mengalami kesulitan memilih penjurusan IPA dan IPS. Maka konseling ini nantinya bisa di kembangkan lagi oleh peneliti selanjutnya. Begitu juga dengan variabel angketnya, bisa dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang di alami siswa itu sendiri.


Simpulan dan Saran



8



Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Konseling Trait and Factor  efektif  untuk  mengurangi  kesulitan  dalam  memilih  program  penjurusan bahasa.



Daftar Pustaka

Arikunto,  Suharsimi.  2006.  Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktik  Edisi
Revisi VI. Jakarta: Rineke Cipta.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Sekolah Menengah Umum. Jakarta : diperbanyak oleh
Bidang Dikmenum Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Timur.
Djarwanto.  2003.  Statistik  Nonparametrik  Edisi  2003/2004.  Yogyakarta:  BPFE- Yoyakarta
Gani, R. A. 1991. Bimbingan Penjurusan. Bandung : Angkasa. Gani, R.A. 1986. Bimbingan Penjurusan. Bandung : Angkasa
Hadi, Sutrisno. 1992. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Hadi, Sutrisno. 2002. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.
Herr, Edwin. L & Cramer, Stanley. 1984. Career Giudance and Counseling Through
The Life Span. Boston Toronto : Little, Brown & Company
Hurlock, B. Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
IPBI, Pengurus Besar. 1998. Pedoman Umum Penjurusan Sekolah Menengah Atas.
Padang
Irawati,  Intan.  2008.Penjurusan  Antara  Minat  dan  Obsesi  Orang  Tua,  (Online), (http://www.kabarkabari.com, diakses 27 Februari 2009).
James, Richard K. & Gilliland, Burl. E. Tanpa Tahun: Theories and Strategies in Counseling and Psychoterapy (Fifth Edition), (Online) (http://wps.ablongman.com/wps/media/objects/208/213944/trait.pdf,)
Manrihu, Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta : Bumi
Aksara
Mappiare,  Andi  A.T.  2006.  Kamus  Istilah  Konseling  dan  Terapi.  Jakarta:  P.T Grafindo Persada.
Nursidik,     Yahya.     2009.     Teori     Konseling     Trait     and     Factor.     (Online), (http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/02/teori-konseling-trait-factor.html, diakses tanggal 27 Februari 2009)
Purwoko, Budi 2007. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Vol 9. PPB-FIP.
Surabaya : Unesa Press
Satiksna. Agus. 1988. Bimbingan Penjurusan. Bandung : Angkasa
Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sudrajat, Akhmad. 2009. Pendekatan Konseling Trait and Factor. (Online). (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/trait-and-factor.ppt., diakses tanggal 19 Juni 2009)
Suharlinah, Lyn. 2006.Hubungan Pola Pengasuhan dengan Eksplorasi dan komitmen dalam pembentukan identitas Vokasional remaja, (Online) (Website. Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa,htm)
Suradi.  1997.  Masalah  &  Diagnostik  Kesulitan  Belajar.  Surabaya  :  UNESA University Press
Surya, Mohamad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy


9



Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Yogyakarta: Andi
Offset
Winkel, W.S 2004, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

































































10

3 komentar:

  1. Bahwa tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan dan keterbatasan diri; dan membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.

    BalasHapus