PENERAPAN
KONSELING TRAIT AND FACTOR
PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMILIH
PROGRAM
PENJURUSAN BAHASA
Desta Putu Wikarta1 dan Mochamad Nursalim2
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan program
penjurusan bahasa sebelum dan sesudah
penerapan konseling Trait and Factor siswa kelas X-6 SMA NEGERI
2 Lamongan.
Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunakan
rancangan pre-test post-test one group design. Metode pengumpul
data yang digunakan adalah angket, obsevasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah 5 siswa yang mengalami kesulitan memilih
program penjurusan bahasa dari siswa kelas X-6 SMA
NEGERI 2 Lamongan. Berdasarkan teknik analisis data yang di pakai adalah uji tanda dengan N=5 dan
X=0
diperoleh ρ=0,031 harga ini lebih
kecil daripada α = 0,05. dengan demikian Ho
ditolak dan
Ha diterima.
Jadi hipotesis
yang berbunyi “ada
perbedaan
yang signifikan antara tingkat kesulitan dalam
pilihan program penjurusan
bahasa kelas X-6 SMA NEGERI 2
Lamongan
antara sebelum dan sesudah penerapan
konseling Trait and Factor” dapat
diterima.
Kata kunci : Konseling
Trait and Factor, kesulitan memilih program penjurusan
bahasa
Pendahuluan
Super
(dalam Suharlinah, 2006) menguraikan, anak mulai mengembangkan bakat dan minatnya terhadap satu atau beberapa
bidang, walaupun masih bersifat eksploratif
(mencari-cari/mencoba-coba). Sejalan dengan teori super ini maka
perkembangan karir dapat disamakan dengan proses perkembangan konsep
diri. Apabila konsep diri berubah maka
akan terjadi perubahan
pula dalam memilih karir.
Banyak orang berpandangan, pilihlah jurusan yang gampang (gampang
masuk dan gampang lulus), supaya gampang dapat pekerjaan dan regardless sesuai minat atau
tidak. Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Untuk memilih jurusan, siswa
perlu memperhitungakan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat, kepribadian, dan lain-lain. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan terhadap
kehidupan anak di masa mendatang.
Berdasarkan hasil studi awal di SMA Negeri 2 Lamongan didapati siswa
yang mengalami kebingunan
untuk memilih jurusan yang ingin diminati, khususnya
jurusan bahasa.
Para siswa kelas X cenderung pesimis jika melihat jumlah kakak
kelas
1 Alumni prodi BK Unesa
2 Staf pengajar prodi BK Unesa
1
yang ada di kelas XI Bahasa dengan jumlah siswa yang sedikit. Sebenarnya siswa ingin masuk ke jurusan Bahasa, hanya saja melihat kapasitas siswa yang masuk di
kelas XI tahun ini sangat sedikit sehingga
enggan memilih jurusan bahasa
nantinya.
Ada terdapat 5 siswa
dalam satu kelas berkeinginan masuk jurusan Bahasa. Itupun
belum semua siswa
kelas X-6 yang di data
berminat
memilih jurusan
IPA,
IPS
ataupun Bahasa.
Pandangan orang
tentang jurusan bahasa, bahwa siswa yang terjaring
ke dalam
Jurusan Bahasa tidak lebih dari siswa "buangan" yang tidak tertampung pada jurusan favorit IPA atau IPS. Siswa yang berminat untuk masuk jurusan bahasa dengan yang
tidak berminat
terhadap jurusan
bahasa ternyata tidak
lebih baik dari
yang tidak
berminat masuk ke
jurusan bahasa
Padahal, dengan mendalami
bahasa, mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan semakin mudah disamping
memperkaya wawasan, pengalaman dan pergaulan. Sementara itu, agar bisa menguasai bahasa asing tertentu, terutama yang
menjadi materi pelajaran di sekolah, para siswa banyak yang
memilih kursus atau pelajaran
tambahan secara informal setelah jam pelajaran sekolah usai. Bursa kerja sekarang
banyak perusahaan mencari seorang yang mahir dalam berbahasa asing seperti bahasa Inggris, Mandarin dan bahasa asing lainnya untuk direkrut
menjadi
karyawannya.
Siswa tidak melihat segi kelemahan dan kekuatan
yang dimilikinya untuk
memilih studi lanjut penjurusan. Mereka hanya melihat dari jumlah kapasitas yang
berminat (kuantitas) yang
masuk dalam jurusan Bahasa, bukan bakat atau kemampuan
(kualitas) yang dimilikinya untuk
mengembangkannya. Menurut Bordin (Surya, 2003) menyatakan
kategori diagnostik terdiri dari : 1)
Ketergantungan; 2) Kurangnya
informasi; 3) Konflik
diri; 4) Kecemasan dalam
membuat
pilihan.
Pemilihan progran jurusan merupakan upaya untuk membantu siswa
dalam memilih jenis program pengajaran atau program jurusan studi yang akan diikuti oleh
siswa dalam pendidikan lanjut (pengurus besar IPBI, 1998). Dalam memilih jurusan,
siswa
diberi kesempatan untuk memilih jurusan yang paling cocok dengan karakteristik dirinya. Siswa yang memilih suatu jurusan berarti akan memilih suatu karir
dalam kehidupan
yang akan datang. Memilih
jurusan diharapkan sesuai dengan kemampuan, bakat,
minat dan cita-cita yang ada pada diri siswa (Depdikbud,
1996).
Konseling Trait and Factor merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang
saling
berkaitan satu dengan yang lain seperti kecakapan, minat, sikap, dan
temperamen. Tugas konseling Trait
and Factor adalah membantu individu dalam
2
memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan
tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone dalam Surya, 2003).
Perlunya konseling Trait and Factor dalam
kondisi seperti ini agar siswa mampu
mengetahui bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga siswa tidak salah dalam memilih jurusan. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberikan informasi dan mengarahkan konseli agar
siswa dapat mengerti akan kelemahan dan
kekuatan dalam
diri kepribadian individu
siswa.
Dengan demikian sesuai
dengan
tujuan
penelitian ini, melalui
adanya
konseling Trait and Factor diharapkan dapat mengatasi kesulitan pada siswa dalam
memilih program jurusan Bahasa kelas XI, sehingga siswa
mantap dalam memilih program jurusan, khusunya jurusan Bahasa
Pembahasan
Konseling Trait and
Factor
Trait and Factor Approach menurut kamus istilah konseling
dan
terapi, merupakan suatu ancangan konseling dari Minnesota, dikenal pula sebagai directive- counseling
atau counselor centered, memiliki pandangan
dasar bahwa kepribadian manusia merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang saling bergantung. Misalnya abilitas, minat, sikap dan temperamen; konseling bertujuan memfasilitasi perkembangan sempurna
semua aspek melalui memajukan pemahaman diri dan
pemahaman lingkungan, sehingga
individu dapat
mengelola diri dan
lingkungan secara optimal.
Konseling dengan pendekatan “Trait and Factor” atau pendekatan rasional ini sering disebut
konseling yang
direktif (directive counseling), karena konselor secara
aktif
membantu klien mengarahkan
perilakunya menuju pemecahan kesulitannya, ada juga yang
menyebutnya sebagai “Clinical Counseling”. Beberapa pendapat mengenai
esensi konseling
ini telah dikemukakan oleh para ahli dalam pendekatan ini yang kesemuanya
itu sepenuhnya
menggambarkan
bahwa
konseling ini benar-benar bersifat “Directive”.
Akan
tetapi kemudian terdapat
perubahan-perubahan pendapat diantaranya mereka.
Pertanyaan-pertanyaan kemudian,
seperti
dari Williamson,
Darley, nampak
tidak
lagi bersifat “Directive” atau “Counselor-Centered”.
3
Bahwa tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalam
memperoleh kemajuan memahami dan mengelola
diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan
tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling
dilaksanakan dengan membantu individu untuk
memperbaiki
kekurangan, ketidakmampuan dan keterbatasan diri;
dan
membantu pertumbuhan
dan integrasi kepribadian.
Pada hubungan konseling, individu diharapkan mampu menghadapi, menjelaskan
dan menyelesaikan masalah- masalahnya.
Menurut Williamson (dalam Winkel, 2004), hubungan konseling
merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap
muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang
sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi konseli berkembang ke satu arah
yang terbaik baginya.
Proses
konseling dibagi
dalam 6
tahap atau langkah utama
yaitu :
analisis,
sintesis, diagnosis,
prognosis, treatment dan follow
up. Di bawah ini akan diuraikan kelima tahap tersebut.
Analisis langkah
ini merupakan langkah pengumpulan
data atau informasi
tentang diri klien termasuk sistemnya serta lingkungannya. Pengumpulan data yang akurat, biasanya
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode atau teknik dan
berbagai sumber
Sintesis merupakan langkah untuk merangkum dan
mengatur
data
dari hasil analisis yang
sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat konseli, kelemahan serta
kekuatannya,
dan
kemampuan penyesuaian diri.
Diagnosis sebenarnya merupakan langkah pertama
dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan dan pola yang
dapat mengarahkan kepada permasalahannya, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat konseli yang relevan dan berpengaruh
kepada proses
penyesuaian diri.
Prognosis pada langkah ini konselor meramalkan tentang
kemungkinan
keberhasilan klien dari proses konseling, artinya meramalkan tentang
hasil yang
dapat dicapai oleh klien dari kegiatan-kegiatannya selama konseling, serta merumuskan
bentuk bantuan yang sesuai
Treatment langkah
ini merupakan inti dari
pelaksanaan konseling. Usaha-usaha
pada langkah ini, yakni : 1)
Menciptakan atau
meningkatkan hubungan baik (establishment good- rapport) antara klien-konselor, 2) Menafsirkan data yang telah
4
ada dan mengkomunikasikan kepada klien. 3) Memberikan saran atau ide kepada klien,atau merencanakan kegiatan yang dilakukan bersama klien, 4) Membantu klien dalam melaksanakan rencana-rencana
kegiatan, 5) Jika
perlu, menunjukan kepada
konselor atau ahli lain untuk memperoleh diagnosa atau konseling dalam masalah
lain.
Follow up, mencakup bantuan kepada konseli dalam menghadapi masalah baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin
keberhasilan konseling. Usaha-usaha konseling yang dapat
dilakukan pada langkah ini adalah : 1) Apakah klien telah melaksanakan rencana-rencana yang telah dirumuskan
atau belum,
2) Bagaimana keberhasilan
pelaksanaan
rencana itu, 3) Perubahan
–
perubahan apa yang perlu dibuat jika ternyata belum
atau tidak berhasil,
4)
Melakukan Referal
jika perlu,
Kesulitan
Dalam
Pilihan Program Penjurusan
Bahasa
Kurikulum sekolah menengah umum (Depdikbud, 1994)
menjelaskan bahwa pemilihan program jurusan adalah suatu proses penempatan
dalam suatu pemilihan untuk
mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi
dalam bidang pendidikan akademik maupun pendidikan profesional dan mempersiapkan
siswa secara langsung dan tidak langsung bekerja dalam masyarakat.
Mapiare (1984), mengemukakan pemilihan program penjurusan serangkaian
kegiatan bimbingan membantu siswa
agar dapat menyalurkan atau menempatkan dirinya
dalam berbagai program sekolah,
kegiatan belajar, kegiatan menuju
sambungan atau dunia kerja secara tepat berdasarkan pertimbangan kecakapan, bakat, minat, kebutuhan dan ciri – ciri
pribadi dari diri siswa yang bersangkutan
IPBI (1998) menjelaskan bahwa penjurusan merupakan upaya untuk membantu siswa
dalam memilih jenis sekolah dan / atau program pengajaran khusus dan/atau
program studi yang akan diikuti oleh
siswa dalam pendidikan
lanjutan.
Berdasarkan uraian dari
beberapa pendapat
di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemilihan program penjurusan bahasa adalah serangkaian kegiatan bimbingan
membantu siswa dalam memilih jenis sekolah dan/atau program pengajaran khusus dan/atau program studi yang akan diikuti oleh
siswa dalam pendidikan, khususnya
pemilihan
program jurusan Bahasa kelas
XI
SMA.
Winkel (2004),
bentuk-bentuk kesulitan dalam menentukan program penjurusan :
5
a. Konseli yang
sudah paham akan informasi tentang dirinya sendiri dan tentang
lingkungan hidupnya serta telah menafsirkan makna informasii itu bagi perencanaan masa depannya. Dia sudah menentukan beberapa alternatif dan telah mulai mempertimbangkannya, namun belum berhasil membuat
pilihan-pilihan yang mantap
dalam urutan prioritas, kedua dan
ketiga.
b. Konseli yang dihadapkan pada keharusan untuk mengambil keputusan dalam waktu singkat, namun belum berefleksi banyak tentang hal yang haurs diputuskan
dan belum paham akan
keharusan
untuk mengolah informasi
tentang diri sendiri dan
lingkungan hidupnya.
c. Konseli yang kelihatannya sudah yakin akan tindakan yang diambil, namun
ternyata
hanya mengikuti kehendak orang lain tanpa disertai pengolahan informasi
tentang diri sendiri.
d. Konseli yang
mendasarkan perencanaan hanya
atas serentetan keinginan,
tanpa meninjau apakah keadaan dirinya dan situasi hidupnya memungkinkan
keinginannya dapat terpenuhi (konseli mempunyai taraf aspirasi yang tinggi, tetapi kurang realistis).
e. Konseli
yang menghadapi
konflik
dengan keluarganya mengenai
rencana
masa depan.
Menurut Manrihu (1990) kesulitan-kesulitan dalam menentukan program penjurusan sebagai
berikut :
a. Konseli belum siap untuk memilih program penjurusan karena kurang
memahami dirinya maupun
lingkungan hidupnya.
b. Pilihan konseli tidak sesuai dengan
tuntutan lingkungan.
c. Konseli belum dapat menentukan beberapa alternatif yang ada
Berbagai indikator siswa yang mengalami kesulitan dalam memilih
program penjurusan bahasa di
antaranya : 1) belum
memiliki
pemahaman
diri
sendiri
di
program penjurusan bahasa,
2) belum dapat mempertimbangkan pilihan
jurusan bahasa, 3) belum bisa mengambil keputusan sendiri, 4) belum dapat
memahami program tentang jurusan bahasa, 5) belum dapat memahami tentang syarat-syarat
pemi-lihan program jurusan bahasa, 6)
belum dapat menyesuaikan
diri dengan harapan
orang tua
Ada berbagai macam cara untuk pemberian bantuan pada masalah dihadapi siswa
tersebut. Salah satunya adalah pemberian konseling Trait and Factor dengan proses
dari tahap analisis, sintesis, diagnosis,
prognosis, treatment, dan follow up. Apabila
6
siswa sudah diberikan konseling
Trait and Factor, maka
siswa
akan terlihat bahwa
tingkat kesulitan yang
dihadapi siswa dalam memilih jurusan bahasa menurun. Untuk
tahap selanjutnya ialah
siswa
sudah mampu untuk memilih
jurusan bahasa dan
mampu untuk mengambil
suatu keputusan sendiri.
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk pre-eksperimen
dengan desain pre–test dan post-test one group. Perlakuan dengan menggunakan konseling
Trait and Factor selama lima pertemuan.
Metode
pengumpul
data yang
digunakan adalah angket, obsevasi dan wawancara. Subjek penelitian adalah 5 siswa yang mengalami kesulitan memilih
program penjurusan bahasa dari siswa kelas X-6 SMA NEGERI 2 Lamongan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji
tanda.
Hasil Penelitian
Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis di atas dengan menggunakan uji tanda diketahui ρ =
0,031 berada dalam penolakan atau lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian ada
perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa siswa kelas X-6
SMA NEGERI 2 Lamongan sebelum dan
sesudah diberikan konseling
Trait and
Factor. Hal ini
juga dapat
dilihat dalam
grafik pre-test dan post-test.
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat adanya perbedaan yaitu grafik pre-
test -lebih tinggi
dari grafik
post-test. Grafik
pre-test
menggambarkan bahwa kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa sebelum diberikan penerapan konseling Trait and Factor
adalah
tinggi
dan grafik
post-test
menggambarkan
kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa yang rendah pada siswa setelah diberikan penerapan
konseling Trait and
Factor.
Hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan tingkat kesulitan dalam pilihan
program penjurusan
bahasa sebelum dan
sesudah diberikan
konseling Trait
and
Factor kelas X-6 SMA Negeri 2 Lamongan”
telah teruji. Hasil penelitian
ini
menunjukkan bahwa konseling
Trait and Factor dapat dijadikan alternatif bantuan terhadap siswa yang
mengalami kesulitan dalam pilihan program penjurusan bahasa. Hal
ini
sesuai dengan
pendapat Winkel
(2004:407) “konseling
Trait and Factor
menekankan pemahaman diri melalui testing
psikologis dan penerapan pemahaman
7
itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama
yang menyangkut
pilihan
program
studi dan atau bidang pekerjaan”.
Penerapan konseling Trait and Factor diberikan pada
tiap individu yang
bertujuan untuk memperoleh pemahaman akan kekuatan dan kelemahan diri siswa dan pemahaman yang lengkap mengenai yang dibutuhkan untuk penjurusan (dakam hal ini jurusan bahasa). Berdasarkan informasi dan pemahaman itu, konselor menerapkan
penalaran yang benar
pada proses
pengambilan keputusan
untuk
membuat suatu perencanaan penjurusan.
Berdasarkan hasil dari konseling Trait and
Factor,
didapatkan siswa
cenderung mengalami kesulitan dalam hal gaya belajar pada
penggunaan atau
pengusaan bahasa asing
seperti : bahasa Jepang, Mandarin dan bahasa Inggris. Siswa juga ada yang mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan untuk memilih penjurusan khususnya jurusan bahasa,
dan
kebingungan
dengan pandangan dari
sisi orang tua mengenai jurusan bahasa.
Pada saat siswa
mengalami kesulitan dalam memilih penjurusan bahasa, konselor melakukan penerapan konseling Trait
and Factor.
Berdasarkan pada sumber-sumber yang didapatkan, maka konselor memberikan masukan berupa tujuan yang
ingin dicapai, menentukan langkah konkret yang
akan di tempuh, dan
membiarkan siswa
tersebut akan memilih suatu
pilihannya sendiri kedepan.
Penerapan konseling ini termasuk efektif dalam memberikan bantuan kepada siswa
yang mengalami kesulitan dalam memilih
program jurusan bahasa, sebab siswa
sendiri dapat mengetahui letak kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Hanya
saja perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya, jika menghadapi siswa perlu
memberikan suatu informasi yang
jelas agar tidak membingungkan siswa dalam
pemberian informasi dan mudah
dipahami.
Penelitian ini hanya
menerapkan
pada
siswa yang mengalami
kesulitan
memilih penjurusan bahasa, namun konseling Trait and Factor juga bisa diterapkan
pada siswa yang
mengalami kesulitan memilih penjurusan IPA dan IPS. Maka
konseling ini nantinya bisa di kembangkan lagi oleh peneliti selanjutnya. Begitu juga
dengan variabel angketnya, bisa dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang di alami
siswa itu sendiri.
Simpulan dan Saran
8
Berdasarkan hasil analisis data
dapat disimpulkan bahwa “Konseling Trait and Factor
efektif
untuk mengurangi
kesulitan dalam memilih
program penjurusan bahasa.
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Edisi
Revisi VI. Jakarta:
Rineke Cipta.
Depdikbud.
1994. Kurikulum Sekolah Menengah Umum. Jakarta : diperbanyak oleh
Bidang Dikmenum
Kanwil
Depdikbud Propinsi Jawa Timur.
Djarwanto.
2003.
Statistik
Nonparametrik
Edisi
2003/2004.
Yogyakarta:
BPFE-
Yoyakarta
Gani, R. A. 1991. Bimbingan
Penjurusan. Bandung : Angkasa.
Gani, R.A. 1986. Bimbingan Penjurusan. Bandung : Angkasa
Hadi, Sutrisno.
1992. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi
UGM.
Hadi,
Sutrisno. 2002. Statistik 2. Yogyakarta: Andi
Offset.
Herr, Edwin. L & Cramer, Stanley. 1984. Career Giudance and Counseling Through
The Life Span. Boston
Toronto : Little, Brown
& Company
Hurlock,
B. Elizabeth. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
IPBI, Pengurus Besar. 1998. Pedoman Umum Penjurusan
Sekolah Menengah Atas.
Padang
Irawati, Intan.
2008.Penjurusan
Antara
Minat dan
Obsesi
Orang Tua, (Online), (http://www.kabarkabari.com, diakses 27 Februari 2009).
James,
Richard K.
& Gilliland, Burl. E. Tanpa Tahun:
Theories and Strategies in Counseling and
Psychoterapy (Fifth
Edition), (Online)
(http://wps.ablongman.com/wps/media/objects/208/213944/trait.pdf,)
Manrihu, Thayeb. 1992. Pengantar Bimbingan
dan Konseling Karir. Jakarta : Bumi
Aksara
Mappiare,
Andi
A.T.
2006.
Kamus
Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: P.T
Grafindo Persada.
Nursidik, Yahya. 2009. Teori Konseling Trait and Factor. (Online), (http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/02/teori-konseling-trait-factor.html, diakses tanggal 27 Februari
2009)
Purwoko,
Budi 2007. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. Vol 9. PPB-FIP.
Surabaya :
Unesa Press
Satiksna.
Agus.
1988. Bimbingan Penjurusan. Bandung :
Angkasa
Siegel, Sidney. 1992.
Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Sudrajat, Akhmad.
2009. Pendekatan
Konseling Trait and Factor. (Online).
(http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/trait-and-factor.ppt.,
diakses tanggal 19 Juni
2009)
Suharlinah, Lyn.
2006.Hubungan Pola Pengasuhan
dengan Eksplorasi dan
komitmen dalam pembentukan identitas Vokasional remaja,
(Online) (Website.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa,htm)
Suradi. 1997. Masalah
&
Diagnostik
Kesulitan
Belajar.
Surabaya
:
UNESA University Press
Surya,
Mohamad.
2003. Teori-Teori
Konseling. Bandung:
C.V. Pustaka Bani Quraisy
9
Walgito,
Bimo.
1995. Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Yogyakarta:
Andi
Offset
Winkel, W.S 2004, Bimbingan dan Konseling
di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi
10
gada yang komenttttttt ???
BalasHapusso good
BalasHapusBahwa tugas konseling Trait and Factor adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir. Konseling dilaksanakan dengan membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan dan keterbatasan diri; dan membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
BalasHapus