MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
Dosen Pengampu : Sri Sumarsih , M.
Pd
DISUSUN OLEH :
1. CICI SISWANTI ( )
2.
DEWI
CITA ( )
3. ULY ULFA (
1111500160 )
4. RINA RISTIANINGSIH ( )
PROGDI / SEMESTER : BK / 3D
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI
TEGAL
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena berkat dan
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
pun dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kesalahan disana sini baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan penulisterima dengan senang hati.
Terima kasih
Tegal , 16 Oktober 2012
Penulis
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kesalahan disana sini baik dari segi isi penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan penulisterima dengan senang hati.
Terima kasih
Tegal , 16 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG.....................................................................................................
4
B.
TUJUAN..........................................................................................................................5
C.
MANFAAT
......................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A.
KONSEP
POKOK...........................................................................................................7
B.
TOKOH-TOKOH BEHAVIORISME BESERTA
PEMIKIRANNYA..........................8
C.
IMPLIKASI TEORI BEHAVIOR DALAM
PEMBELAJARAN...................................9
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar merupakan sebuah proses
perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan
harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorag
bisa merumuskan tujuan hidup.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behavioristik.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Sangat banyak para ahli yang berbicara mengenai teori ini, di antaranya Ivan Pavlov, Skinner, Bandura, Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah seharusnya kita menguasai secara mendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu kami menulis sebuah makalah yang berjudul “Teori belajar behavioristik”.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behavioristik.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Sangat banyak para ahli yang berbicara mengenai teori ini, di antaranya Ivan Pavlov, Skinner, Bandura, Thorndike,dll. Sebagai calon Pendidik sudah seharusnya kita menguasai secara mendalam teori belajar ini. Oleh sebab itu kami menulis sebuah makalah yang berjudul “Teori belajar behavioristik”.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui implikasi teori behaviorisme
2. Untuk mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme
3. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran teori behaviorisme
4. Untuk mengetahui teori – teori yang mendukung teori behaviorisme
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui implikasi teori behaviorisme
2. Untuk mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme
3. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran teori behaviorisme
4. Untuk mengetahui teori – teori yang mendukung teori behaviorisme
C. Manfaat
Adapaun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui implikasi pembelajaran dari teori behaviorisme, untuk mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme, dan untuk mempermudah kita dalam mengetahui pembelajaran serta teori – teori yang mendukung teori behaviorisme tersebut
Adapaun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui implikasi pembelajaran dari teori behaviorisme, untuk mengetahui penerapan dalam teori behaviorisme, dan untuk mempermudah kita dalam mengetahui pembelajaran serta teori – teori yang mendukung teori behaviorisme tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. KONSEP
POKOK
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi
yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep Behavioral, perilaku
manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan
mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
2. Bersifat mekanistik
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5. Menekankan pentingnya latihan
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
2. Bersifat mekanistik
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5. Menekankan pentingnya latihan
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
B. TOKOH-TOKOH
BEHAVIORISME BESERTA PEMIKIRANNYA
1.
Edward Edward Lee Thorndike/ Teori
Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan coba, dalam hal ini kucing yang di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan hukum primer dalam belajar :
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan coba, dalam hal ini kucing yang di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan hukum primer dalam belajar :
a)
Hukum Kesiapan (law of readiness)
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidak puasan/ketidaksenangan terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidak puasan/ketidaksenangan terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
b)
Hukum Latihan (law of exercise)
Artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila tidak di gunakan. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
Artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila tidak di gunakan. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
c)
Hukum akibat (law of effect)
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
2.
Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3.
Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
4.
Edwin Guthrie/Kontiguitas
Kunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai gerakan dari pada sebagai respon. Dalam pembedaan ini, ia mengartikan gerakan sebagai komponen unit respon yang lebih besar atau tindakan behavioral. Sejalan dengan itu, perilaku-perilaku terlatih dapat di pandang sebagai suatu respon kasar yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Demikian juga stimuli di pandang sebagai situasi kompleks yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Prinsip kontiguitas menyatakan bahwa suatu kombinasi elemen-elemen stimulus di sertai dengan gerakan, sekuens gerakan akan berulang, bila di hadapkan pada elemen stimulus yang sama. Guthrie berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu pola atau rantai gerakan yang terpisah yang di timbulkan oleh sinyal-sinyal stimulus lingkungan dan internal.
Karena pandangan Guthrie tentang asosiasi tergantung pada stimulus dan respon, peran penguatan memiliki interpretasi unik. Guthrie percara pada pembelajaran satu kali mencoba, dengan kata lain kedekatan hubungan antara elemen-elemen stimulus dan respon langsung menghasilkan ikatan asosiatif penuh.
Kunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai gerakan dari pada sebagai respon. Dalam pembedaan ini, ia mengartikan gerakan sebagai komponen unit respon yang lebih besar atau tindakan behavioral. Sejalan dengan itu, perilaku-perilaku terlatih dapat di pandang sebagai suatu respon kasar yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Demikian juga stimuli di pandang sebagai situasi kompleks yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Prinsip kontiguitas menyatakan bahwa suatu kombinasi elemen-elemen stimulus di sertai dengan gerakan, sekuens gerakan akan berulang, bila di hadapkan pada elemen stimulus yang sama. Guthrie berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu pola atau rantai gerakan yang terpisah yang di timbulkan oleh sinyal-sinyal stimulus lingkungan dan internal.
Karena pandangan Guthrie tentang asosiasi tergantung pada stimulus dan respon, peran penguatan memiliki interpretasi unik. Guthrie percara pada pembelajaran satu kali mencoba, dengan kata lain kedekatan hubungan antara elemen-elemen stimulus dan respon langsung menghasilkan ikatan asosiatif penuh.
5.
Burrhus Frederic Skinner/Operant conditioning
Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul ”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838 memberikan dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Memotivasi agar berlanjut pada komponen tingkah laku selanjutnya sampai pada akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul ”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838 memberikan dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Memotivasi agar berlanjut pada komponen tingkah laku selanjutnya sampai pada akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a) Law
of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b) Law
of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Beberapa
prinsip Belajar Skinner antara lain :
a) Hasil belajar harus segera diberitahukan
kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
b) Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c) Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
d) Dalam
proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah,
untuk menghindari adanya hukuman.
e) Dalam
proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
f) Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer.
g) Dalam
pembelajaran digunakan shaping.
C. IMPLIKASI TEORI BEHAVIOR DALAM
PEMBELAJARAN
Ada
beberapa implikasi teori behavior dalam pembelajaran, antara lain :
1.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak
pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar.
2.
Peserta didik dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik.
3.
Teori behavioristik dalam proses
pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi peserta
didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya
sendiri.
4.
Karena teori behavioristik memandang
bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka Peserta didik atau
orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
5.
Tujuan pembelajaran menurut teori
behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi
aktivitas “mimetic”, yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
6.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan
secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman, 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja
grafindo persada
Brennan,James F, 2006. Sejarah dan sistem psikologi. Jakarta: PT Raja grafindo
persada
Hamalik, Oemar, 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, Wina, 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana prenada media group
Santrock, John W, 2007. Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media
group
Sukmadinata, Nana syaodih, 2005. Landasan psikologi dalam proses pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Surya, Muhammad, 2003. Teori-teori konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy
Syah, Muhibbin, 2008. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Walgito, Bimo, 1992. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi
www.wikipedia.com
Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman, 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja
grafindo persada
Brennan,James F, 2006. Sejarah dan sistem psikologi. Jakarta: PT Raja grafindo
persada
Hamalik, Oemar, 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, Wina, 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana prenada media group
Santrock, John W, 2007. Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana prenada media
group
Sukmadinata, Nana syaodih, 2005. Landasan psikologi dalam proses pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Surya, Muhammad, 2003. Teori-teori konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy
Syah, Muhibbin, 2008. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja grafindo persada
Walgito, Bimo, 1992. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi
www.wikipedia.com
baguss...
BalasHapusbisa bermanfaat buat materi kuliah
BalasHapussipp
BalasHapusbgus jga blog'y
BalasHapusoke banget
BalasHapusCakep Aaahh.. (Y)
BalasHapuscakeppp...comend blik cie..
BalasHapusya kalem ko ya
BalasHapusEdwin Guthrie/Kontiguitas
BalasHapusKunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai gerakan dari pada sebagai respon. Dalam pembedaan ini, ia mengartikan gerakan sebagai komponen unit respon yang lebih besar atau tindakan behavioral. Sejalan dengan itu, perilaku-perilaku terlatih dapat di pandang sebagai suatu respon kasar yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Demikian juga stimuli di pandang sebagai situasi kompleks yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Prinsip kontiguitas menyatakan bahwa suatu kombinasi elemen-elemen stimulus di sertai dengan gerakan, sekuens gerakan akan berulang, bila di hadapkan pada elemen stimulus yang sama. Guthrie berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu pola atau rantai gerakan yang terpisah yang di timbulkan oleh sinyal-sinyal stimulus lingkungan dan internal.
bagus buat tambah pengetahuan...
BalasHapusgeh tak comend wa...
BalasHapussip
BalasHapusyes i like it
BalasHapuslike it
BalasHapus