FILSAFAT SEBAGAI
ILMU PENGETAHUAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
“FILSAFAT ILMU”
Dosen Pengampu : Maufur , Dr.
Di susun oleh:
Nama : Cici Siswanti
Kelas :
3 D
NIM :
1111 5000 12
Fakultas/jurusan : FKIP/Bimbingan Konseling
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
Jl.
Halmahera KM. 1 Kota Tegal – Telp/Fax (0283) 351082
2012
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT atas rahmat dan petunjuk- Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah denga judul “FILSAFAT SEBAGAI ILMU “
yang mana makalah ini di susun bertujuan untuk memenuhi tugas dalam menempuh
perkuliahan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi dan sesuai dengan harapan yang di inginkan penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas tentang pentingnya filsafat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia . dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan terutama pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi dan sesuai dengan harapan yang di inginkan penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas tentang pentingnya filsafat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia . dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan terutama pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya
para mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
ii
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah....................................................................................... 4
C.
Manfaat........................................................................................................ 4
BAB
II FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
A. Obyek
filsafat............................................................................................... 5
B. Metode
filsafat............................................................................................ 10
C. Sistem
filsafat............................................................................................. 11
D. Kebenaran
filsafat..................................................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 15
B. Saran........................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Arab. yang juga diambil dan bahasa Yunani; philosophia.
Kala ini berasal dan dua kata Philo dan Sophia. Philo = lImu atau cinta dan
Sophia = kebijaksanaan. Sehingga arti harfiahnya adalah ilmu tentang
kebijaksanaan ataupun seseorang yang cinta kebijakan.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah
problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat”
adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis. (Irmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul l .Jakarta: Lembaga
Penerbitan FEUI. hal. 1). Terlepas dan berbagai definisi yang berusaha
menerjemahkan Filsafat secara global. Pada dasarnya Filsafat selain membahas
dan menyimpulkan sesuatu yang menjadi dasar. Filsafat adalah ibu dari
segala ilmu yang hadir di bumi ini. Logika dan perasaan meliputi segenap ruang
Filsafat, sehingga memerlukan konsentrasi yang lebih untuk memahaminya lebih
dan sekedar sebuah ilmu biasa.
Pengontokan kategori Filsafat sebetulnya terjadi belakangan
ini. Karena pada intinya pembahasan yang dibahas dalam setiap kategori
filsafat, berpegang pada penerjemahan dari dasar pijakan setiap elemen ilmu.
Menurut salah satu pemerhati filsafat, bahwa filsafat adalah sebuah ilmu yang
membahas mengenai ontologi (keberadaan), epistemonology (sumber atau dasar),
dan aksioiogi (nilai atau norma) dan sesuatu. Berdasarkan pijakan itu,
dikemudian hari, maka munculah berbagai klasifikasi Filsafat berdasarkan
lingkup yang lebih kecil, seperti hadirnya Filsafat Timur atau Filsafat Islam.
1
Sejarah awal tumbuhnya Filsafat berasal dari Yunani pada
sekitar abad ke 7 SM. Tentu saja ada nama-nama seperti Sokrates, kemudian Plato
sebagai murid Sokrates, dan Aristoteles sebagai murid Plato. Namun ada juga
yang beranggapan bahwa Filsafat lahir di bumi barat, bahkan pada nusa sebelum
era Sokrates. Ada beberapa tokoh yang disebutkan pada zaman ini diantaranya
adalah seperti Thales, Anaximander dan Phytagoras.
Keakuratan sejarah Filsafat sepertinya tidak menjadi
halangan untuk perkembangan ilmu ini. Bahkan hingga saat ini, ada istilah
Filsafat kontemporer yang tumbuh di era Jean Paul Sartre atau Jurgen Habermas.
Dan dari semua Filsafat yang kita kenal dengan segala ragam coraknya, ada satu
inti yang dapat kita simpulkan. Bahwa berfilsafat berarti mencari kebenaran.
Lalu akankah kita temukan kebenaran itu (?) Ataukah kita akan berpegang pada
kesimpulan Sokrates, bahwa kebenaran hakiki akan kita temui saat nyawa kita
meregang dari jasadnya. Dan kita akan bertemu Sang Kebenaran.
Filsafat ilmu secara umum dapat dipahami dari dua sisi,
yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari
ilmu filsafat yang membicarakan obyek khusus, yaitu ilmu pengetahuan yang
memiliki sifat dan karakteristik tertentu hampir sama dengan filsafat pada
umumnya. Sementara itu, filsafat ilmu sebagai landasan filosofis bagi proses
keilmuan, ia merupakan kerangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Secara
sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai berfikir menurut tata tertib dengan
bebas dan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke dasar suatu persoalan, yakni
berfikir yang mempunyai ciri-ciri khusus, seperti analitis, pemahaman
deskriptif, evaluatif, interpretatif dan spekulatif. Sejalan dengan ini, Musa
Asy’ari menyatakan bahwa filsafat adalah berfikir bebas, radikal, dan berada
pada dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalang-halangi kerja
pikiran. Radikal artinya berfikir sampai ke akar-akar masalah (mendalam) bahkan
sampai melewati batas-batas fisik atau yang disebut metafisis. Sedang berfikir
dalam tahap makna berarti menemukan makna terdalam dan suatu yang terkandung
didalamnya. Makna tersebut bisa berupa nilai-nilai seperti kebenaran, keindahan
maupun kebaikan.
2
Menurut M. Amin Abdullah, filsafat bisa diartikan: (1)
sebagai aliran atau hasil pemikiran, yakni berupa sistem pemikiran yang
konsisten dan dalam tarap tertentu sebagai sistem tertutup (closed system), dan
(2) sebagai metode berfikir, yang dapat dicirikan: a0 mencari ide dasar yang
bersifat fundamental (fundamental ideas), b) membentuk cara berfikir kritis
(critical thought), dan c) menjunjung tinggi kebebasan serta keterbukaan
intelektual (intelectual freedom). Sebagai sebuah cabang filsafat, kurang lebih
sudut pandang inilah, filsafat ilmu melihat ilmu-ilmu sebagai obyek kajiannya.
Karenanya filsafat ilmu bisa juga disebut sebagai bidang yang unik, sebab yang
dipelajari adalah dirinya sendiri.
Para ahli tampak beraneka ragam dalam memberikan definisi
tentang filsafat ilmu, antara lain : Lewis White Beck menulis, “Philosophy of
science questions and evaluates the methods of scientific thinking tries to
determine the value and significance of scientific enterprise as a whole.”
Peter A. Angeles, sebagaimana dikutip The Liang Gie, menjelaskan bahwa filsafat
ilmu merupakan suatu analisis dan pelukisan tentang ilmu dari berbagai sudut
tinjauan, termasuk logika, metodologi, sosiologi, sejarah ilmu dan lain-lain.
Sementara itu Cornelis A Benyamin mendefinisikan filsafat ilmu sebagai disiplin
filsafat yang merupakan studi kritis dan sistematis mengenai dasar-dasar ilmu
pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan metode-metode, konsep-konsep,
praduga-praduganya, serta posisinya dalam kerangka umum cabang-cabang
intelektual. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa
filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif, radikal dan mendasar atas
berbagai persoalan mengenai ilmu pengetahuan, landasan dan hubungannya dengan
segala segi kehidupan manusia.
3
B. Rumusan Masalah
- Apa-apa saja yang termasuk objek filsafat ?
- Metode-metode apa saja dalam filsafat ?
- Bagaimana sistem dalam filsafat ?
- Bagaimana kebenaran dalam filsafat ?
C. Manfaat
- Agar mahasiswa mengetahui objek yang terkandung dalam filsafat.
- Agar mahasiswa mengetahui metode-metode yang terdapat dalam filsafat
- Agar mahasiswa mengetahui sistem dalam filsafat
- Agar mahasiswa tahu tentang kebenaran dalam filsafat
4
BAB
II
FILSAFAT
SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
A. Obyek Filsafat
Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu
obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran.
Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material tersebut,
seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal
juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah
segala yang ada, baik mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak.
Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika. Sebagian filosuf membagi obyek material filsafat atas tiga bagian,
yaitu: yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada
dalam kemungkinan. Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yang
menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu
pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek instrumentatif,
yaitu:
Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal:
1.
Fakta (Kenyataan)
Yaitu
empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini
ada beberapa aliran filsafat yang memberikan pengertian yang berbeda-beda,
diantaranya adalah:
1) Positivisme
a) Hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual
5
b) Sesuatu sebagai fakta apabila ada korespondensi antara
yang sensual satu dengan yang sensual lainnya
c) Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh
masuk subyektifitas peneliti
d) Fakta itu yang faktual ada
2) Phenomenologi:
a) Fakta bukan sekedar data empirik
sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada
subyektifitas peneliti. Tetapi subyektititas disini tidak berarti sesuai selera
peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dan pengumpulan
data, analisis sampai pada kesimpulan. Data selektifnya mungkin berupa ide ,
moral dan lain-lain.
b) Orang mengamati terkait langsung dengan
perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki
c) Kenyataan itu terkonstruk dalam moral.
3) Realisme:
a) Sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi dan
koherensi antara empiri dengan skema rasional.
b) Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi
antara empiri dengan yang obyektif universal
c) Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam
kebenaran obyektif
d) Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu,
yang mungkin memiliki makna lebih dalam yang beragam.
e) Empiri dalam realisme memang mengenai hal yang nil dan
memang secara substantif
6
f) Dalam realisme metaphisik skema rasional dan
paradigma rasional penting
g) Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada
apabila ada koherensi yang obyektif universal
4) Pragmatis :
Yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap
ada apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap
tidak ada.
5) Rasionalistik :
Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan
dapat dibuktikan secara rasional atas keberadaanya
2. Kebenaran
1) Positivisme:
a) Benar substantif menjadi identik dengan
benar faktual sesuatu dengan empiri sensual
b) Kebenaran pisitivistik didasarkan pada
diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar
c) Bagi positivisme sesuatu itu benar
apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan fakta yang lain
2) Phenomenologi:
a) Kebenaran dibuktikan berdasarkan
diketemukannya yang esensial, pilah dan yang non esensial atau eksemplar dan
sesuai dengan skema moral tertentu
b) Secara esensial dikenal dua teori
kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi
7
c) Bagi phenomenologi, phenomena baru
dapat dinyatakan benar setelah diuji korespondensinya dengan yang dipercaya.
Realisme Metaphisik : Ia mengakui kebenaran bila yang
faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal
3) Realisme
a) Sesuatu itu benar apabila didukung
teori dan ada faktanya
b) Realisme hart, menuntut adanya konstruk
teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri teerkonstruk pula
Islam : Sesuatu itu benar apabila yang empirik faktual koheren dengan kebenaran
transenden berupa wahyu
4) Pragamatisme : Mengakui kebenaran
apabila faktual berfungsi.
Rumusan substantif tentang kebenaran ada beberapa teori,
menurut Michael Williams ada lima teori kebenaran, yaitu:
1) Kebenaran Preposisi, yaitu teori
kebenaran yang didasarkan pada kebenaran proposisinya baik proposisi formal
maupun proposisi material nya.
2) Kebenaran Korespondensi, teori
kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada adanya korespondensi antara
pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang lain).
Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran Struktural
Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya
mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur
ilmu.structure of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang
kompleks atau sering
3) Kebenaran Koherensi atau Konsistensi,
yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian
suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu
diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
8
4) Kebenaran Performatif, yaitu teori
kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu dianggap benar apabila dapat
diaktualisasikan dalam tindakan.
5) Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran
yang mengakui bahwa sesuatu itu benar apabila mempunyai kegunaan praktis.
Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan
salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
Obyek Instrumentatif yang terdiri dan dua hal:
1. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan
produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat
ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan: asumsi,
postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat
ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan metode induktif,
deduktif, reflektif. Dalam ontologi dikenal pembuktian a priori dan a
posteriori. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi para
ahli mendasarkan pada dua aspek:
1) Aspek Kuantitatif;
2) Aspek Kualitatif.
Dalam hat konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori
konfirmasi, yaitu : Decision Theory, menerapkan kepastian berdasar keputusan
apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat
aktual. Estimation Theory, menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar —
salah dengan menggunakan konsep probabilitas. Reliability Analysis, menetapkan
kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah
karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis
9
2. Logika Inferensi
Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada
mulanya logika dibangun oleh Aristoteles (3 84-322 SM) dengan mengetengahkan
tiga prinsip atau hukum pemikiran, yaitu Principium Identitatis (Qanun
Dzatiyah), Principium Countradictionis (Qanun Ghairiyah), dan Principium
Exclutii Tertii (Qanun Imtina’). Logika ini sering juga disebut dengan logika
Inferensi karena kontribusi utama logika Aristoteles tersebut adalah untuk
membuat dan menguji inferensi. Dalam perkembangan selanjutnya Logika
Aristoteles juga sering (Disebut dengan logika tradisional.
B. Metode Filsafat
Hanya dengan cara dan metode tertentu pengetahuan
kefilsafatan dapat diperoleh. Mendapatkan pengetahuan yang benar, lebih-lebih
pada taraf kefilsafatan haruslah berlangsung secara bertahap sedikit demi
sedikit. Tidak mungkin sekaligus. Maka metode yang paling tepat adalah metode
ilmiah yang merupakan gabungan antara analisis dan sintesis yang dipakai secara
dialektik berkesinambungan.
1. Metode Analisis
Metode ini melakukan pemeriksaan secara konseptual atas
istilah-istilah yang kita pergunakan dan pernyataan-pernyataan yang kita buat.
Di dalam ilmu pengetahuan alam. setiap saat kita menyaksikan berbagai macam
benda. Dan keberadaanya dapat diketahui bahwa setiap benda selalu menempati
ruang dan waktu tertentu, berbentuk, berbobot dan berjumlah (volume). Metode
analisis mi sering disebut sebagai metode aposteriori karena bertitik tolak dan
segala sesuatu atau pengetahuan yang adanya itu timbul sesudah pengalaman, agar
sampai kepada suatu pengetahuan yang adanya di atas atau di luar pengalaman
sehari-hari.
10
2. Metode Sintesis
Sebaliknya, metode mi dibantu dengan peralatan deduktif yang
mencoba menjabarkan sifat-sifat umum yang secara niscaya ada pada segala
sesuatu ke dalam hal-hal dan keadaan-keadaan konkret khusus tertentu.
Sifat-sifat umum yang mengenai kejiwaan manusia misalnya, dapat dijabarkan ke
dalam bermacam-macam jenis dan bentuk tingkah laku.
Dalam studi filsafat, kedua metode di atas lebih
dipergunakan secara dialektik. Artinya digunakan secara berkesinambungan dalam
suatu rentetan sebab-akibat. Oleh karena itu. sering dinaTnakan sebagai metode
analitiko-sintetik.
C. Sistem Filsafat
Terdapat dua sistem yang populer dalam dunia filsafat yaitu
sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (opened system). Sistem
tertutup adalah yang berlaku dalam ilmu pengetahuan pasti (eksakta) dan alam.
Sedangkan sistem terbuka lebih populer digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial
dan humaniora.
Mempertimbangkan sasaran (obyek studi filsafat baik yang
material maupun yang formal, maka sistem terbuka tampaknya lebih dominan.
Karena obyek filsafat itu tidak terbatas kepada hal-hal yang rasional dan
empiris saja. Melainkan menembus pada hal-hal yang berderajat irrasional dan
yang non empiris (yaitu hal- hal yang metafisik).
D. Kebenaran Filsafat
Hal kebenaran sesungguhnya merupakan tema sentral di dalam
filsafat ilmu. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk
mencapai kebenaran. Problematik mengenai kebenaran merupakan masalah yang
mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.
1. Definisi Kebenaran
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan
arti kebenaran, yaitu:
11
- Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya);
- Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya);
- Kejujuran, ketulusan hati;
- Selalu izin, perkenanan;
- Jalan kebetulan.
- Jenis-jenis Kebenaran
Kebenaran dapat dibagi dalam tiga jenis menurut telaah dalam
filsafat ilmu, yaitu
- Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia,
- Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan.
- Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
2. Teori-Teori Kebenaran
Perbincangan tentang kebenaran dalam perkembangan pemikiran
filsafat sebenarnya sudah dimulai sejak Plato melalui metode dialog membangun
teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling
awal.
Kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles hingga saat mi, dimana
teori pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan penyempurnaan. Untuk
mengetahui ilmu pengetahuan mempunyai nilai kebenaran atau tidak sangat
berhubungan erat dengan sikap dan cara memperoleh pengetahuan.
Berikut secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara
lain sebagai berikut:
- Teori Kebenaran Saling Berhubungan (Coherence Theory of Truth)
- Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth)
- Teori Kebenaran Inherensi (Inherent Theory of Truth,)
- Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (Semantic Theory of Truth)
12
- Teori Kebenaran Sintaksis
- Teori Kebenaran Nondeskripsi
- Teori Kebenaran Logik yang Berlebihan (Logical Superfluity of Truth)
3. Sifat Kebenaran llmiah
Karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dan
kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang
memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda
satu dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat-sifat dan kebenaran. Sifat
kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal. yaitu:
a. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan, dimana
setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik dan jenis pengetahuan yang dibangun.
Pengetahuan itu berupa:
1) Pengetahuan biasa atau disebut ordinary
knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti
kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang
mengenai.
2) Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan
yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan
metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan para ahli sejenis. Kebenaran
dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil
penelitian yang penemuan mutakhir.
3) Pengetahuan filsafat, yaitu jenis
pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, bersifat
mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran analitis, kritis, dan
spekulatif. Si fat kebenaran yang terkandung adalah absolute.-intersubjektif.
4) Kebenaran pengetahuan yang terkandung
dalam pengetahuan agama. Pengetahuan agama bersifat dogmatis yang selalu
dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam kitab
suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan
untuk memahaminya.
13
b. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik
dan bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya.
Implikasi dan penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan akan mengakibatkan
karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan akan memiliki cara
tertentu untuk membuktikannya. Jadi jika membangun pengetahuan melalui indera
atau sense experience, maka pembuktiannya harus melalui indera pula.
c. Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya
pengetahuan. Membangun pengetahuan tergantung dan hubungan antara subjek dan
objek, mana yang dominan. Jika subjek yang berperan, maka jenis pengetahuan ini
mengandung nilai kebenaran yang bersifat subjektif. Sebaliknya, jika objek yang
berperan, maka jenis pengetahuannya mengandung nilai kebenaran yang sifatnya
objektif
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dan uraian tersebut di atas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa apabila dilihat dan sisi obyeknya, maka filsafat ilmu merupakan cabang
dan filsafat yang secara khusus membahas proses keilmuan manusia. Dengan bahasa
lain dapat dikatakan bahwa obyek substantif dalain filsafat ilmu tersebut di
atas pada dasarnya merupakan obyek material, sedangkan obyek instrumentatif
adalah obyek formal.
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia
dalam hal makna dan nilai-nilai. Pengertian filsafat disederhanakan sebagai
proses dan produk, yang mencakup pengertian filsafat sebagai jenis pengetahuan,
ilmu, konsep dan para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem tertentu yang
merupakan hasil dan proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu,
dan filsafat sebagai problema yang dihadapi manusia.
Filsafat berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang
menjadi tujuan hidupnya. Dengan belajar filsafat, tidak menyebabkan kita untuk
berhenti belajar, karena dalam filsafat tidak akan pernah akan dapat mengatakan
selesai belajar.
B. Saran
- Hanya dengan cara dan metode tertentu pengetahuan dapat diperoleh
- Ilmu pengetahuan yang diperoleh tidak berguna bila tidak dibagi atau diberikan kepada orang lain
- Ilmu pengetahuan yang ada harus dimanfaatkan
- Sebagai pembaca yang budiman kami meminta saran dan kritikkannya agar makalah kami berikutnya dapat bermanfaat
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: Sipres, 1993)
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2005)
http://lets-be1aar.blo.spot.con/0O7/09/aobjek-fi1safat.htm1
diakses tanggal 09 Oktober 4.
http ://sabrinafauza. wordpress .com/2009/ 11 / 1
7/obyek-fiIsafat diakses tanggal 09 Oktober 2010
http://gurutrenggaiek.b1ogspot.com/2009/l
2/obyek-filsafat-ilmu.html diakses tanggal 09 Oktober 2010
Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005), hal. 33. Lihat Juga Jerome R.
Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004)
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Kajian Atas Asumsi Dasar
Paradigma dan Kerangka Teori llmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Belukar, 2005)
Musa As’ari, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir,
(Yogyakarta: LESFI, 1999)
M. Amin Abdullah, Rekonstruksi Metodologi Studi Agama dalam
Masyarakat Multikultural dan Multireligius, Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu
Filsafat lAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 13 Mei 2000)
Noeng Muhadjir. Filsafat Ilmu: Positivisme, Pos-Positivisme
dan Pos-Modernisme, (Yogyakarta: Rakesarasin)
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:
Liberti, 1991)
16
sippp bgdt
BalasHapussangat bermanfaat mbus
BalasHapus